Kamis, 04 September 2014

Kata Ulang Dalam Paragraf


Kata Ulang Dalam Paragraf

                                                                                          



Perhatikan penggunaan kata yang dicetak miring pada paragraf naratif berikut ini!


Keluarga kami tinggal di lingkungan yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Rumah-rumah warga yang tinggal di lingkungan kami diberi cat warna-warni. Anak-anak suka bermain-main di tempat bermain yang disediakan di tengah bangunan dan pepohonan milik rumah warga. Buku-buku dan surat-surat kabar yang terdapat di perpustakaan desa menjadi bacaan rutin muda-mudi di desa ini. Tolong-menolong merupakan kebiasaan warga yang selalu terpelihara di desa kami.


Kata yang dicetak miring pada paragraf naratif di atas adalah kata ulang (reduplikasi). Jika dikelompokkan menurut jenisnya, terdapat empat kelompok kata ulang sebagai berikut:



(1) anak-anak                        

     buku-buku


(2) warna-warni

     muda-mudi


(3) rumah-rumah warga  

     surat-surat kabar         

     pepohonan         
          

(4) bermain-main

     tolong-menolong



    Sesuai bentuknya, kata ulang kelompok pertama dibentuk dengan cara mengulang bentuk dasarnya secara utuh sehingga disebut dengan pengulangan utuh. Kata ulang kelompok kedua dibentuk dengan mengulang bentuk dasarnya namun salah satu fonemnya mengalami perubahan bunyi sehingga disebut pengulangan salin suara. Kata ulang kelompok ketiga dibentuk dengan mengulang sebagian bentuk dasarnya sehingga disebut pengulangan sebagian. Kelompok kata ulang keempat dibentuk dengan mengulang bentuk dasarnya dengan disertai afiks sehingga disebut pengulangan yang disertai pengafiksan.



Kata ulang ditulis dengan tanda hubung di antara kedua kata yang diulang. Kata ulang dengan pengulangan sebagian kata (tidak mencapai satu morfem atau satu kata) seperti pepohonan, lelaki  tidak perlu diberi tanda hubung.



Frasa dan kata majemuk yang terdiri dua kata atau lebih jika diulang menjadi dua bentuk kata ulang. Frasa atau kata majemuk yang salah satu unsurnya adalah unsur inti seperti rumah pada frasa rumah warga, maka yang diulang cukup unsur intinya sehingga menjadi rumah-rumah warga. Jika frasa atau kata majemuk yang terdiri atas dua kata atau lebih yang keduanya merupakan unsur inti dan menyatu seperti suami istri, maka pengulangannya harus mengenai seluruh kata yang membentuk frasa atau kata majemuk tersebut, sehingga menjadi suami istri-suami istri.



Kata-kata seperti rama-rama dan cumi-cumi bukanlah kata ulang karena tidak ada bentuk dasar yang diulang. Kata rama-rama bukan dibentuk dari pengulangan bentuk dasar rama. Meskipun ada kata Rama (nama orang) namun kata Rama tidak memiliki hubungan makna dengan rama-rama. Demikian pula dengan kata cumi-cumi bukan berasal dari bentuk dasar cumi sebab kata cumi tidak ada dalam bahasa Indonesia.



Pengulangan bentuk dasar menjadi kata ulang menimbulkan makna yang berbeda-beda. Makna yang timbul akibat pengulangan bentuk dasarnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis.





a.  menyatakan banyak tak tentu

contoh: gunung-gunung, daerah-daerah, gerak-gerik, rumah-rumah, pepohonan


b. menyatakan sangat

contoh: rajin-rajin, besar-besar, kuat-kuat, manis-manis


c. menyatakan saling berbalasan atau pekerjaan dilakukan oleh dua pihak (resiprok)

contoh: kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh, tolong-menolong


d. menyatakan paling atau intensitas

contoh: sebaik-baiknya, setinggi-tingginya, sebanyak-banyaknya


e. menyatakan tiruan atau menyerupai

contoh: orang-orangan,  siku-siku, rumah-rumahan


f.  menyatakan bersenang-senang atau santai

contoh: duduk-duduk, minum-minum, membaca-baca, tidur-tiduran, berjalan-jalan



g. menyatakan dikenai sifat atau agak

contoh: kebarat-baratan, kemalu-maluan, kehijau-hijauan


h. menyatakan himpunan pada kata bilangan

contoh: dua-dua, lima-lima, banyak-banyak


i.  menyatakan agak (melemahkan arti)

contoh: pening-pening. sakit-sakit, malu-malu


j.   menyatakan beberapa

contoh: bertahun-tahun, berhari-hari


k.  menyatakan terus-menerus

contoh: bertanya-tanya, mencari-cari


l.  menyatakan waktu
   contoh: pagi-pagi sudah mengantuk, datang-datang marah


m.         menyatakan makin atau bertambah

contoh: lama-lama ia pingsan, meluap-luap amarahnya


n. menyatakan berusaha atau penyebab

contoh: menyabar-nyabarkan diri. menguat-nguatkan hati.- menahan-nahan amarah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar